Pasti ada satu malam, diantara tujuh malam dalam seminggu, atau tiga puluh malam dalam sebulan, mendadak lu jadi orang asing. Ga ngerti apa yang ada di otak lu, pengen apa, mesti ngapain, blank dan ga bisa tidur. Itulah yang terjadi sama gue malam ini. Entah udah berapa jam mata gue natap langit-langit kosan dan ngebayangin domba yang berjejer rapi dan wangi buat diitung, tapi tetep aja mata gue ga pengen nutup. Mungkin mata gue lagi terkena virus opens 24 hours ala circle K ato McD. Entahlah…Dengerin musik, udah bosan. Liat tipi, ga ada acara yg bagus. Nonton pilem, ga punya DVD baru. Satu-satunya hiburan yg bisa diharepin dipagi buta gini, paling cuman adegan 17+ ala cicak-cicak penghuni atap. Sialnya, kadang harapan tak selalu jadi kenyataan. Pagi ini ga ada goyangan panas (striptease) ala cicak, mungkin mereka lagi liburan long weekend ke luar kota. Sepi, sendiri dan gelap, bikin gue teringat cerita-cerita horror (mungkin lebih tepatnya; urban legend) sewaktu gue masih di asrama dulu.
Gue ga tau, cerita ini sungguhan, ato cuman karangan si pecundang, yang ga berani pergi ke toilet malem-malem. Kalo cerita ini hanyalah hasil imajinasi seseorang, kayaknya tuh orang wajib diganjar Nobel Sastra!!! Soalnya cerita yang bakal gue tulis ini, berhasil bikin gue dan temen-temen asrama nahan pipis (pergi ke toilet) sampe subuh!
Kisah ini gue dapet pas gue kelas 1 SMP Setingkat MTs lah, dan tinggal di asrama. Entah siapa yang memulai cerita ini, katanya kisah ini setua bangunan asrama yang mempunyai lorong-lorong panjang nan temaram di malam hari. Sayangnya, waktu itu gue belum secerdas sekarang. Sehingga gue ga kepikiran buat masukin cerita ini sebagai materi orientasi siswa baru (sayang…)
Malam itu, dipertengahan tahun 1996. Jam dinding di kamar menunjukkan pukul 21.00. gue liat temen-temen sedang bergerombol di pojok kamar. Karena penasaran gue-pun ikutan gabung. Ternyata mereka sedang asik dengerin Jarum (bukan nama yang disamarkan) cerita. Ga mo dicap sombong, gue-pun segera jadi anggota majlis Jarum malam itu.
“Cerita ini bukan karangan gue, karena gue diceritain sama kakak gue, yang dapet cerita dari temannya yang dapet cerita dari keluarganya dari tetangga yang pernah tinggal di asrama ini juga” ujar Jarum.
“Nah emang tetangga dari keluarga teman kakak lu itu angkatan ke berapa di asrama ini?”
“Dia angkatan pertama dan bukan orang sembarangan, karena dia juga ikut bekerja mendirikan bangunan asrama ini” jawab Jarum dengan yakin dan mantap.
“Wow…” kami semua takjub dengan keabsahan sumber cerita yang mo disampein sama Jarum.
“Dulu, penghuni asrama ini tidak sebanyak sekarang. Masih sekitar puluhan orang” Jarum mulai bercerita.
Malam itu kebetulan malam jum’at dan sedang gerimis, di luar asrama terdengar suara petir, sesekali cahaya kilat masuk ke dalam kamar menembus jendela-jendela kaca dan ventilasi. Sebagian penghuni kamar tidur lebih awal, karena tidak ada kegiatan mengaji dimalam jumat. Sehingga suasana menjadi sunyi. Pintu gerbang dari sore sudah ditutup.
Menjelang jam 8 malam, petugas jaga dikejutkan sosok perempuan berbaju kebaya dan berjarik kain batik yang berdiri di depan pintu gerbang. Kerudung hitam yang dipakainya basah kuyub, sehingga menempel di rambut panjangnya. Wajahnya terlihat kebiru-biruan karena menahan dingin yang menerpa tubuhnya.
Petugas jaga segera menghampiri perempuan itu. “Mbak ada perlu apa?”
“Mas tolong saya, saya pengen bisa ikut ngaji di asrama ini. Bolehkan?”
“Boleh saja, tapi nama mbak siapa? Dan dari mana?” Tanya petugas jaga yang belum berani membuka pintu gerbang.
“Nama saya Herlina, saya dari Jombang. Saya melarikan diri dari rumah, karena tidak diizinkan sama orang tua saya mengaji”
Mendengar kisah hidup Herlina, petugas jaga jadi ibah. Sehingga ia mempersilahkan Herlina masuk dan mengantarkannya ke kantor asrama untuk mendaftar sebagai murid di asrama ini.
Begitulah awal nama Herlina mampir ke telinga gue. Sumpah! Nama ini bukan karangan gue, tapi asli menurut shohibul qisoh. Sejak itu, nama Herlina sejajar dengan nama Mak Lampir, dan Nyi Pelet di otak gue. dan sampai saat ini nama Herlina di kenang sampai sekarang di Asrama. menyeramkan....
dan kata kata kakak seangkatan juga katanya Herlina itu bukan manusia dia Jin (alama') denger2 juga se pernah di lawan sama salah satu anggota yang punya asrama sebut saja cak dan (bukan nama yang di samarkan)
bersambung
- Amak
- Saye mungkin seorg anak, kakak, adik, kawan, sahabat dan teman anda!!!! ^^v
Saturday, April 17, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment