Amak
Saye mungkin seorg anak, kakak, adik, kawan, sahabat dan teman anda!!!! ^^v

Wednesday, December 23, 2009

17 november

Mulanya aku berfikir, semua proses yang kujalani akan mengantarkan pada "kebebasan". Pendidikan, bisnis, dan menulis seakan mencerahkanku pada awalnya. Namun, disaat semua itu menemui titik jenuh, pembebasan yang kuharapkan itu hanyalah tali-tali yang mengikat kuat di tubuhku. Aku merasa terjebak dalam goa dengan tatanan yang "ideal". Mungkin aku adalah salah satu manusia goa-nya Plato. Terjebak dalam ruang yang ku sebut beradab nan berbudaya.
Sesekali aku berbisik pada malam, aku ingin menjadi Friedrich Wilhelm Nietzsche. Menjadi manusia super, dengan kehendak untuk berkuasa. "Hendak kau jebloskan kemana lagi dirimu?" tanya bintang yang bertebaran malam itu, "bukannya dirimu yang sekarang, ataupun hari esok adalah keserakahan? Lalu kenapa kau ingin berubah, bila selalu saja terjebak dalam lubang yang sama?"
Sejenak ku tenangkan pikiranku dengan segelas kopi dan sebatang rokok kretek. Sambil mengenang romantisme sekelompok pemberontak di kota Apel, yang kini tewas ditikam waktu. Suara yang dahulu lantang dan berapi-api, kini hanya menggema pada ruang sempit hatiku. Aku tak mampu lagi melihat bintang, karena mereka selalu meneriak-kan pertanyaan klasik, "dari gugus bintang manakah kau berasal? hendak ke galaksi mana kau akan mengakhiri perjalananmu?"
Ada penyesalan, ketidak puasan, dan keinginan yang bergejolak, dari lubuk hati seseorang yang terlahir sendiri dalam menghadapi perang abadi ini. Waktu terus berjalan, pertanyaan menghasilkan pertanyaan lanjutan. Tidak ada kesimpulan, semua berputar dalam tesis, anti tesis, dan sintesis.
Malam kian larut, jarum jam sudah menunjukkan pukul 03.00 saat hp-ku tiba-tiba menginterupsi.
"Halo.."
"Hai, apa kabar Sam?" sapa seorang laki-laki diseberang sana.
Aku tertegun, diam, bingung. Rasa kangen yang lama terpendam, ternyata membunuh semua kalimat yang tersedia dalam memori otakku. "benarkah ini engkau?" tanyaku dalam hati.
"Ini Sam Abel kan?"
"Iya" jawabku singkat, masih dengan perasaan yang penuh harap.
"Walah, kok diam aja. Ini Toni Sam!" jelas Toni, "masih ingatkan sama ayas. Temen waktu di Malang..."
"Iya"
"Kok jadi diam toh Sam, kaget ya ayas punya nomer hp Sam?"
"Mestinya lu ga usah nanya itu kali Ton!"
"ha ha ha iya maap, ada hal penting yang pengen ayas omongin Sam"
"Apaan Ton?" tanyaku penasaran.
"Sabar-lah.. pokoknya, Sam Abel kalo bisa sekarang juga ke sini"
"Ke mana?"
"Ke monas"
"Nah emang lu sekarang lagi di Jakarta? sejak kapan?"
"Sudalah Sam, basa-basinya entar aja. Sekarang Sam Abel kesini. aku tunggu sampe fajar, setelah itu ayas ga bisa nemuin Sam OK?!"
"Ton! Sialan hpnya udah di matiin lagi. Lu kira lapangan monas kayak halaman rumah?" gerutu gue ke Toni.
Aku perhatikan kalender, sekarang taggal 17 November 2009. Ini bukan tanggal ulang tahun gue maupun Toni. Lalu kenapa tiba-tiba Toni ingin bertemu? dari mana dia dapat nomer hp ku? ada perlu apa? kenapa harus menjelang fajar?
"Masa bodoh-lah, gue harus cepet-cepet ketemu Toni" pikirku langsung lari ke garasi.

(bersambung)

0 comments:

Post a Comment