Amak
Saye mungkin seorg anak, kakak, adik, kawan, sahabat dan teman anda!!!! ^^v

Monday, November 30, 2009

Menggapai Mimpi yang tertunda

Saat-saat ini hari gue begitu berwarna. Bangun pagi, mandi, terus berangkat ke kampus buat nemuin dosen yang gak kalah pentingnya sama anggota dewan padahal kalau di pikir2 dengan sebutan DOSEN (Gunemane sak Dus Bayarane Sak Sen) itu hanya singkatan aja tapi realitanya gak ada Dosen Miskin. ups mau ngomong tentang masa sulu lah waktu ngerjain skrpsi, sumpeh banget dosen pembimbing gw orange sok jengkelin sok di butuhin and sok kaya juga (mang kaya se ketimbang gw hahahah) setiap hari rabu gw konsultasi sebenarnya se malas banget tapi gak papalah buat nyenengin hati dosen biar gw di cap mahasiswa sadar sebagai mahasiswa. Walaupun hasil pertemuan udah bisa ditebak, tapi gue selalu ngelakuin hal yg sama tiap hari Rabu (naif). Ga tau kenapa, tiap kali dosen pembimbing ngeliat muka gue, pilihan kalimatnya pasti: "taruh saja di meja" atau paling banter "oh ya skripsi kamu belum saya baca, silahkan kembali lagi besok". Ancrit ntu dosen pembimbing Gak bisa mneghargai mahasiswanya sama sekali padahal gw gaji loe mimbing gw (ya jelas gw masih bayar semester)
Dengan nada rendah gue cuman berkata, "terima kasih pak". Salaman, cium tangan terus ngacir dari ruangan dosen. Gue 100% sadar, kalo dosen pembimbing gue itu super Jengkelin kalau gw jadi dosen entar mudah2han gak seperti beliau, saya sadar ilmu gw pas pasan dan pengen cepet lulus kalau gak lulus bisa bisa  kiamat cita cita gw (padahal aq sendiri gak tahu cita cita gw hehehe ) jalan satu2 nya gw harus harus lulus walaupun dia yang membimbing gw, Makanya sebagai mahasiswa yg baik, gue harus terima perlakuan super hero ini. Apalah arti sarjana seorang anak desa kayak saya ini paling mentok suruh ngimami di masjid dah bagus ntu. hehehe
di singkat cerita akhirnya gw bisa lulus juga. gak papa lah lulus dengan semester 12 tapi aku tetep bangga pada dirikuw....

Sunday, November 8, 2009

Pembagian Anugerah Tuhan

Alkisah sebelum Tuhan menciptakan dunia dan isinya, arwah para manusia sudah dikumpulkan menurut negaranya. Berdasarkan urutannya ada China, India, amerika dan Indonesia.Tentu saja karena Tuhan itu adil, Negara-negara besar ini dipanggil lebih dulu untuk di kasih anugerah.
pertama Tuhan memanggil "China"
Negara yg penduduknya 1 milyar itu tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menentukan siapa wakil mereka, karena dengan gagah berani Mao Tze Tung langsung maju mewakili negaranya, maka dikaruniailah mereka "ilmu dagang"
Kemudian Tuhan memanggil, "India..."
Penduduk India semua segan sama Bapu Mahatma Gandhi, sehingga mereka pasrahkan Mahatma Gandhi untuk mewakili mereka. Maka india dikarunia "nilai spiritual yg tinggi"
Selanjutnya Tuhan memanggil "Amerika"
Para
penduduk Amerika langsung mengadakan pemilu dan George Washington terpilih untuk mewakili negeri paman Sam. Sehingga tuhan menganugerahi negeri ini "ilmu teknologi"
kini giliran Indonesia yg dipanggil oleh Tuhan, "indonesia"
Maka dikumpulkanlah warga Indonesia oleh Soekarno, Soeharto, Habibi, Gus Dur, Mega dan SBY. Mereka saling berebut untuk mewakili negara ini, pihak parlemen juga ga mau kalah mereka minta "mereka" yg mewakili karena mereka wakil rakyat. Perdebatan makin sengit dan butuh waktu lama. Sehingga giliran indonesia dipending dan diteruskan ke Negara-negara yg lain dulu.
Begitu pembagian itu selesai, barulah Indonesia sepakat diwakili oleh Soekarno. Sehingga majulah Soekarno. tapi sayang Tuhan sudah tak menyisakan anugerah buat negara ini karena sudah habis dibagi ke Negara-negara lain.
"Makanya jangan banyak omong..." celetuk malaikat
"kasihan... deh lu" teriak para pemimpin negara yg lain

Saturday, November 7, 2009

"CICAK" Harus Tetap Hidup


Cicak lawan Buaya, kalimat yg pada awalnya diucapkan oleh "Bapak" (ditulis untuk menghormati orang yg lebih tua dari pada saya, bukan "salute" terhadap) Susno Duaji sebagai metafor sengketa antara KPK dan POLRI itu, kini menjelma menjadi mantera bagi sekelompok masyarakat untuk melakukan perubahan. Sialnya, mantera itu bak mantera santet yang kini "mengejar" sang empunya.
Inti pelajaran dari kasus Cicak versus Buaya adalah pepatah lama yang mengatakan: mulut-mu harimau-mu.
Kalau sang empunya mantera saja, tak sanggup mengendalikan kekuatan mantera itu, apalagi orang lain. Mantera itu kini bukan hanya sebuah kalimat yg dirapal, tapi sebuah kekuatan besar (people power) yang siap menghancurkan apapun yang menghalanginya untuk melakukan perubahan. Maka wajar, jika bapak presiden sampai melarang merapal mantera made in "bapak" Susno Duaji tersebut. Ada banyak kemungkinan, kenapa presiden ikut-ikutan takut pada mantera bikinan anak buahnya. Pertama, beliau tidak punya penangkal. Kedua, bisa jadi beliau termasuk orang yg sedang dikejar sama mantera tersebut. Wa allhu a'lam bishowab... (semoga saya salah)
Teks adalah realitas kehidupan kita. Melarang mengucapkan atau membuang teks dari kehidupan (seperti yg dilakukan oleh pejabat no 1) sama saja mengingkari sebuah kenyataan dan mengakui ketidak mampuan. Kanyataan ini seharusnya tidak boleh terlihat dari seorang pemimpin di saat keadaan membutuhkan bukti kecakapannya.
Saya jadi bertanya, apa yang salah dengan pemimpin saya? Toh pemimpin saya dipilih dengan metode dan teknik yang canggih! di impor dari negara yang dikatakan adi luhung, paling terdidik, paling berbudaya, harus dicontoh kalo pengen jadi menusia (bukan kera). Tapi hasilnya jauh lebih buruk dari hasil upacara lempar tulang, ataupun menunggu pulung yang hasilnya ditentukan oleh monopoli "dewa".
Di jaman canggih ini, kita "merebut" suara langit untuk menentukan pemimpin. Tapi kalo hasilnya seperti ini, buat apa?! ga ada guna! lalu siapa yg salah? tentu saja mereka yang memilih. Sudah seharusnya rakyat (yg memilih pemimpin terpilih) meminta maaf karena pemimpin yg mereka pilih tidak mampu mengemban amanah dengan benar, sehingga menyengsarakan mereka yg tidak memilih.
Efek dari ketidak mampuan inilah yang menyebabkan ada cicak versus buaya. Cicak versus buaya mungkin hanya kalimat bagi presiden. Tapi bagi saya tentu bukan! cicak versus buaya adalah realitas, kalau toh tidak bernama cicak versus buaya, tentu akan ada kalimat lain yg menggambarkan realitas tersebut. Karena kata pujangga apalah arti sebuah nama, mawar tetaplah mawar, andaikan bukan bernama mawar.
Realitas tak dapat dibohongi, dia tetap ada di alam sadar kita. Cicak harus tetap hidup, meskipun bukan bernama cicak. Karena buaya akan selalu ada, demi keseimbangan alam. Yin dan Yang. hitam dan putih. Tinggal kita para pelaku sejarah, harapan bangsa, akan ada dibarisan mana dalam pertarungan yg tiada henti hingga 1212. Eh sorry, maksudnya hingga kiamat hehehe

Sunday, November 1, 2009

Belajar Bisnis ala Feeding Frenzy


Bagi sebagian pembaca mungkin belum tau apa itu feeding frenzy. Makanya gue mesti ngejelasin dulu nih, Feeding frenzy (FF) adalah: game dimana pemainnya akan menjalankan se-ekor ikan kecil dengan bantuan mouse (tentunya! masak pake bantuan mbah dukun sih hihihi), buat makan ikan lainnya. Kemampuan makan ikan (yg kita mainkan) akan ter-upgrade bila mampu memakan ikan kecil, gelembung, dan mutiara, sehingga kita dibolehin melahap ikan -ikan besar yg pada awalnya cuman nguber-nguber ikan kita duank.
Dalam game ini, (sebenernya) ada pelajaran yg bisa kita petik, selain cara makan ikan dengan aman dan berenang. Yakni pelajaran bisnis, ini sih menurut pengamatan gue selama iseng2 main. Berikut adalah hasil penelitian sekaligus campuran ide, wangsit serta ilham yang diaduk dengan telor setengah mateng. jangan lupa kasih garam secukupnya.
Dalam FF, ikan kecil yg kita mainkan adalah simbol bila kita memulai usaha (wiraswasta). Kita harus memulai dengan memakan (menjual produk / mengumpulkan) pada ikan-ikan kecil (konsumen / uang yg beredar di masyarakat), tentu saja kita ga sendirian. Ada ikan besar (kompetitor mapan) yg geraknya lebih gesit dan lebih cepat dalam perburuan ikan kecil (termasuk kita). Sehingga selain mampu memangsa, kita juga wajib lihai dalam menghindar, kalo bisnis kita pengen terus berlanjut.
Ikan kecil (objek perburuan), dalam game ini sangat melimpah. Ada yang berkelompok ada juga yang sendiri2. Hal ini mencerminkan keadaan pasar atau konsumen. Mereka bersifat pasif, tidak memakan korban (tidak menjual barang/jasa). Kita (para usahawan pemula) bisa hidup dengan cara memakan (menyediakan jasa/barang yg mereka perlukan).
Ikan besar (kompetitor), kelompok ini bersifat aktiv. Mampu memakan semua ikan (baik itu konsumen maupun kita para usahawan kecil). Sehingga cara menghadapi kelompok ini adalah: dengan cara tidak berhadapan langsung, tapi dengan cara menghindar, sambil menyusun kekuatan (dengan cara melebarkan usaha) sehingga kita mampu memiliki kekuatan diatasnya dan mampu memakannya (bersaing).
Gelembung adalah simbol kesempatan mendapatkan proyek yg tak terduga. Gelembung ini bisa muncul kapan saja. Kalo kita sigap, kita mampu menangkap peluang itu. Nilai gelembung (proyek) ini biasanya lebih besar dari pada nilai memangsa ikan (pemasaran reguler).
Hati-hati dengan Kerang dan mutiaranya. Makhluk ini simbol dari kucuran kredit dari bank. Nilainya memang besar, tapi semuanya dibatasi oleh waktu, sehingga kalo ga hati-hati dan penuh perhitungan, anda bisa ditelan sama kerang (bank) tersebut.
Sesekali akan muncul ikan Hiu atau baracuda. Ini simbol bahwa tak ada usaha yang 100% aman di dunia ini. Jadi saat anda leading pun anda harus terus waspada, kalo tak ingin langkah anda terhenti.
Begitulah apa yang gue dapet dari main feeding frenzy selama 2 semester dan meninggalkan bangku kuliah. meskipun ga berguna bagi gua, semuga itu bisa berguna bagi anda.
terima kasih